Langsung ke konten utama

Tugas Softskill Metodologi Penelitian#

Metodologi Penelitian

Definisi Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah proses atau cara ilmiah untuk mendapatkan data yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan analisis teoretis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Hakikat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan penelitian. Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda, di antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan
Kata metodologi (metodologi penelitian), dalam Bahasa Inggris berasal dari dua kata yakni method dan logical. Method (metode) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
1.     cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai   sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
2.     sikap sekelompok sarjana terhadap bahasa atau linguistik, misalnya metode         preskriptif, dan komparatif.

Logical berarti sesuai dengan logika, benar menurut penalaran dan masuk akal. Sedangkan penelitian dalam Bahasa Inggris yaitu research. Re berarti kembali dan search berarti  pencarian. Jika digabungkan maka research berarti pencarian kembali. Sehingga dapat kita tarik kesimpulan bahwa metodologi penelitian adalah cara-cara yang masuk akal untuk melakukan pencarian kembali. Dapat juga dikatakan bahwa metodologi penelitian adalah prosedur yang dipakai dalam melakukan suatu penelitian, dapat mengenai langkah-langkah kerja atau urutan.
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti diharuskan menentukan terlebih dahulu tentang cara-cara atau metode  (atau metodologi penelitian) yang akan digunakan. Hal ini disebabkan karena metodologi tersebut akan menjadi semacam guidance dalam melakukan penelitian dari awal sampai akhir. Bagaimana jika suatu penelitian meniadakan metodologi penelitian? Maka yang terjadi adalah penelitian tersebut tidak mempunyai prosedur dan hasilnya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Berikut adalah langkah-langkah yang terdapat dalam lingkup metodologi penelitian adalah pengidentifikasian masalah; perumusan masalah; pendekatan penelitian; penentuan metode penelitian misalnya dengan menggunakan metode penelitian historis, deskriptif, perkembangan atau development research, atau penelitian tindakan dan lain sebagainya.

Prinsip Metodologi

Beberapa prinsip metodologi oleh beberapa ahli, di antaranya:

A. Rene Descartes

Dalam karyanya Discourse On Methoda, dikemukakan 6 (enam ) prinsip metodologi yaitu:
1. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan menyebutkan akal sehat (common sense) yang pada umumnya dimiliki oleh semua orang.
Akal sehat menurut Descartes ada yang kurang, adapula yang lebih banyak memilikinya, namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah.
2. Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah maupun penelitian.
Descartes mengajukan 4 (empat) langkah atau aturan yang dapat mendukung metode yang dimaksud yaitu:
(a) Jangan pernah menerima baik apa saja sebagai yang benar, jika anda tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya. Artinya, dengan cermat hindari kesimpulan-kesimpulan dan pra konsepsi yang terburu-buru dan jangan memasukkan apapun ke dalam pertimbangan anda lebih daripada yang terpapar dengan begitu jelas sehingga tidak perlu diragukan lagi,
(b) Pecahkanlah setiap kesulitan anda menjadi sebanyak mungkin bagian dan sebanyak yang dapat dilakukan untuk mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik.
(c) Arahkan pemikiran anda secara jernih dan tertib, mulai dari objek yang paling sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi sedikit, setahap demi setahap ke pengetahuan yang paling kompleks dan dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan di antara objek yang sebelum itu tidak mempunyai ketertiban baru.
(d) Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin, dan adakan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga anda dapat merasa pasti tidak suatu pun yang ketinggalan.
(e) Langkah yang digambarkan Descartes ini menggambarkan suatu sikap skeptis metodis dalam memperoleh kebenaran yang pasti.
3. Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan metode sebagai berikut:
(a) Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, sambil berpegang pada agama yang diajarkan sejak masa kanak-kanak.
(b) Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkan maupun yang paling meragukan.
(c) Berusaha lebih mengubah diri sendiri daripada merombak tatanan dunia.
4. Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap kali terkecoh oleh indera. Kita memang dapat membayangkan diri kita tidak berubah namun kita tidak dapat membayangkan diri kita tidak bereksistensi, karena terbukti kita dapat menyangsikan kebenaran pendapat lain. Oleh karena itu, kita dapat saja meragukan segala sesuatu, namun kita tidak mungkin meragukan kita sendiri yang sedang dalam keadaan ragu-ragu.
5. Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas dua substansi yaitu RESCOGITANS (jiwa bernalar) dan RES-EXTENSA (jasmani yang meluas). Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan dengan mesin yang tentunya karena ciptaan Tuhan, maka tertata lebih baik. Atas ketergantungan antara dua kodrat ialah jiwa bernalar dan kodrat jasmani. Jiwa secara kodrat tidak mungkin mati bersama dengan tubuh. Jiwa manusia itu abadi.

B. Alfred Julesayer

Dalam karyanya yang berjudul Language, Truth and Logic yang terkait dengan prinsip metodologi adalah prinsip verifikasi. Terdapat dua jenis verifikasi yaitu:
1. Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran suatu proposisi (duga-dugaan) itu mendukung pengalaman secara meyakinkan
2. Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah membuka kemungkinan untuk menerima pernyataan dalam bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa depan sebagai pernyataan yang mengandung makna
3. Ayer menampik kekhawatiran metafisika dalam dunia ilmiah, karena pernyataan-pernyataan metafisika (termasuk etika theologi) merupakan pernyataan yang MEANING LESS (tidak bermakna) lantaran tidak dapat dilakukan verifikasi apapun.

C. Karl Raimund Popper

K.R. Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam prinsip verifikasi berupa sifat pembenaran (justification) terhadap teori yang telah ada. K.R. Popper mengajukan prinsip verifikasi sebagai berikut:
1. Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi. Teori-teori ilmiah selalu bersifat hipotetis (dugaan sementara), tak ada kebenaran terakhir. Setiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh teori lain yang lebih tepat.
2. Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari pengamatan (observasi) secara teliti gejala (simpton) yang sedang diselidiki. Pengamatan yang berulang -ulang itu akan memperlihatkan adanya ciri-ciri umum yang dirumuskan menjadi hipotesis. Selanjutnya hipotesis itu dikukuhkan dengan cara menemukan bukti-bukti empiris yang dapat mendukungnya. Hipotesis yang berhasil dibenarkan (justifikasi) akan berubah menjadi hukum. K.R. Popper menolak cara kerja di atas, terutama pada asas verifiabilitas, bahwa sebuah pernyataan itu dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti verifikasi pengamatan empiris.
3. K.R Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip FALSIFA BILITAS, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya. Maksudnya sebuah hipotesis, hukum, ataukah teori kebenarannya bersifat sementara, sejauh belum ada ditemukan kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya. Misalnya, jika ada pernyataan bahwa semua angsa berbulu putih melalui prinsip falsifiabilitas itu cukup ditemukan seekor angsa yang bukan berbulu putih (entah hitam, kuning, hijau, dan lain-lain), maka runtuhlah pernyataan tersebut. Namun apabila suatu hipotesis dapat bertahan melawan segala usaha penyangkalan, maka hipotesis tersebut semakin diperkukuh.

Mengenal Metodologi Penelitian

Sains adalah sebuah sistem yang menggunakan pendekatan yang sistematis untuk mempelajari alam semesta. Salah satu aspek penting dari sains yang harus dimiliki oleh setiap teori di dalamnya adalah bahwa semua informasi yang dijabarkan itu harus berlandaskan pada data dan dapat diulang melalui observasi atau eksperimen oleh peneliti lainnya.
Konsekuensi bahwa “informasi dalam sains itu harus berdasarkan pada data” adalah bahwa informasi yang tidak bisa diamati menggunakan panca indra itu tidak bisa dimasukkan ke dalam ranah sains. Sedangkan konsekuensi bahwa “informasi dalam sains itu dapat diulang melalui observasi atau eksperimen oleh peneliti lainnya” adalah bahwa setiap informasi dalam sains itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Ada sebagian sumber yang menyebutkan aspek terakhir ini dengan redaksional “dapat dihasilkan melalui observasi atau eksperimen di tempat dan waktu yang berbeda.” Namun, sebagaimana kita hanya bisa meneliti burung Cicinnurus Respublica di pulau Waigeo dan Batanta di Papua Barat dan tidak di pulau-pulau selainnya, maka demikian pula kita katakan bahwa redaksional “dapat diulang di tempat dan waktu yang berbeda” tersebut tidaklah tepat.
Oleh karena proses observasi dan eksperimen dalam sains itu harus bisa dibandingkan antara peneliti yang satu dan para peneliti lainnya, serta setiap peneliti harus mampu menghindari preferensi pribadi, sosial, dan pengaruh lainnya dalam merumuskan teori sains, kita membutuhkan sebuah metodologi agar semua aspek ini terpenuhi, yang dikenal dengan istilah metodologi sains atau metodologi penelitian.
Berikut ini adalah beberapa prinsip penting yang ada dalam metodologi penelitian. Bidang yang berbeda bisa jadi mengemas metodologi penelitiannya dalam redaksional yang berbeda, namun pada hakikatnya elemen penting dari setiap metodologi tersebut adalah sama.

1. Membuat observasi

Pertama, kita harus memiliki pengetahuan yang memadai terlebih dahulu tentang suatu topik sebelum memulai penelitian di dalamnya. Observasi ini bisa jadi dilakukan melalui pengamatan indrawi atau melalui studi literatur untuk mengetahui apa yang telah dicapai oleh ilmuwan sebelumnya dalam topik tersebut.
Misal, seseorang yang hendak meneliti tentang hubungan antara hambatan listrik sebuah material dan suhu harus mulai melakukan studi literatur dalam topik ini untuk mengetahui level pengetahuan termutakhir yang dimiliki kalangan ilmuwan dalam masalah ini.
Kemudian, ingat bahwa orang yang tidak pernah terpikirkan tentang suatu topik itu tidak akan pernah memulai penelitian dalam topik tersebut. Teori relativitas khusus yang ditemukan oleh Albert Einstein dapat dicetuskan olehnya setelah dia melakukan observasi yang tepat dalam masalah ini, yaitu ketika dia bertanya, “Apa yang akan kita lihat jika kita bergerak bersama-sama dengan berkas cahaya?” Orang lain yang tidak pernah terpikirkan hal ini tentu tidak akan bisa mencapai apa yang telah dicapai oleh Einstein. Inilah pentingnya langkah awal dari metodologi penelitian ini, yaitu observasi. Jika kita tidak bisa mendapatkan ide segar untuk memulai sebuah observasi, maka banyak membaca literatur adalah sebuah awalan yang baik untuk memperluas wawasan observasi kita.

2. Mengajukan pertanyaan

Setelah observasi dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah mengajukan pertanyaan terkait observasi tersebut. Misal, seseorang yang melakukan observasi tentang hubungan hambatan listrik dan suhu di atas dapat menanyakan pertanyaan berikut:
  • Apa hubungan antara hambatan listrik dan suhu?
  • Bagaimana cara untuk mengetahui hubungan antara keduanya tanpa memasukkan variabel lain?
Kemudian, seiring dengan penelitian untuk menjawab pertanyaan di atas, beberapa pertanyaan baru bisa jadi terlintas, misalnya:
  • Apakah semua material memiliki hubungan yang sama antara hambatan listrik dan suhu?
  • Apakah hubungan hambatan listrik dan suhu yang telah saya dapatkan ini berlaku untuk semua rentang suhu atau hanya untuk rentang suhu tertentu saja?
Dari pertanyaan-pertanyaan inilah observasi yang dia lakukan sebelumnya (yang masih dalam taraf pengamatan dan studi literatur) dapat berubah menjadi sebuah aksi penelitian yang nyata.

3. Merumuskan hipotesis

Setelah pertanyaan riset dibuat, selanjutnya kita dapat merumuskan hipotesis tentangnya. Hipotesis adalah sebuah kalimat yang berisi pandangan awal kita (atau kalangan ilmuwan) tentang sebuah pertanyaan riset. Misal, dalam contoh hambatan listrik dan suhu di atas, kita dapat membuat sebuah hipotesis, “Hambatan listrik akan meningkat jika suhu meningkat.” Namun, perhatikan bahwa hipotesis itu berbeda dengan sekedar dugaan. Sebuah hipotesis harus berdasarkan pada studi literatur yang telah kita lakukan sebelumnya di tahap observasi.
Selain itu, sebuah hipotesis yang baik harus berisi informasi yang jelas dan spesifik, serta dapat diuji kebenarannya. Contoh hipotesis yang buruk adalah, “Hambatan listrik akan bernilai konstan di suhu yang lebih tinggi dari ratusan ribu Kelvin.”
Selain terdapat ketidakjelasan pada frase “di suhu yang lebih tinggi dari ratusan ribu Kelvin,” hipotesis ini juga tidak dapat diuji kebenarannya secara praktikal (paling tidak untuk saat ini).

4. Melakukan eksperimen

Proses selanjutnya adalah kita dapat menguji hipotesis ini dengan melakukan eksperimen. Ada eksperimen yang memiliki output berupa data kualitatif, ada juga yang data kuantitatif. Dalam contoh kasus kita, yaitu hambatan listrik versus suhu, data yang kita dapatkan dari eksperimen haruslah berupa data kuantitatif.
Namun, perhatikan bahwa data yang diperoleh dari eksperimen itu tidak akan terlepas dari kesalahan atau error. Error ini ada yang bersifat acak (random), ada pula yang bersifat sistematik. Maksud error yang bersifat acak adalah bahwa bisa jadi ada faktor lain, misalnya pengaruh lingkungan sekitar alat eksperimen, yang mempengaruhi eksperimen kita sehingga data yang didapatkan terkadang lebih tinggi atau lebih rendah dari yang sebenarnya. Error jenis ini tidak bisa dihilangkan, namun bisa diminimalisir. Sedangkan error yang bersifat sistematik adalah kesalahan data yang cenderung menuju satu arah. Jika data yang kita peroleh selalu lebih tinggi dari yang sebenarnya, maka ada error sistematik yang terjadi pada eksperimen kita. Error jenis ini dapat dihilangkan dengan mencari tahu penyebab terjadinya.
Selama kita melakukan eksperimen, pertanyaan baru bisa jadi muncul (lihat point 2) sehingga beberapa aspek eksperimen kita harus disesuaikan untuk mengakomodasi hal tersebut. Dengan demikian, semakin lama pertanyaan yang kita ajukan dalam penelitian kita akan menjadi semakin tajam dan semakin mengarah pada inti masalah yang hendak dicari solusinya melalui eksperimen. Jadi, jangan berpikir bahwa metodologi penelitian itu adalah sebuah proses satu arah saja.

5. Menganalisa data dan menarik kesimpulan

Ketahuilah bahwa data-data yang diperoleh dari eksperimen itu adalah amunisi kita untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah dibuat sebelumnya. Dengan mengolah data-data tersebut sesuai dengan kaidah analisa data yang benar, kita selanjutnya dapat menarik kesimpulan dan membandingkannya dengan hipotesis. Apakah hipotesis yang telah kita buat sebelumnya itu teruji benar atau salah?
Kemudian, kita harus mempublikasikan hasil penelitian kita agar potensi kesalahan dalam penelitian yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya dapat diketahui. Melalui proses evaluasi yang dilakukan oleh peneliti lain, kita dapat mengetahui lebih lanjut seberapa valid hasil penelitian kita.
Langkah-langkah metodologi penelitian di atas sebenarnya tidak harus dilakukan oleh kita semuanya. Terkadang kita hanya melakukan langkah observasi, hipotesis, dan merancang eksperimen yang sesuai, tanpa melakukan eksperimennya sendiri. Terkadang pula kita tinggal langsung mengambil hipotesis yang dicetuskan oleh peneliti lain, lalu membuat eksperimen untuk menguji hipotesis tersebut. Atau, terkadang eksperimen orang lain pun kita ulangi untuk membuktikan apakah hasil eksperimennya dapat diulang atau tidak.

Penggolongan Metode Penelitian di lihat dari Tingkat Eksplanasi

Terdapat banyak jenis metode jika kita lihat dari tingkat eksplanasi maka dapat metode penelitian dapat kita golongkan menjadi tiga (3) yaitu :
1.     Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan nilai-nilai suatu variabel;
2.     Penelitian komperatif adalah penelitian yang diadakan untuk membandingkan variabel-variabel penelitian dan terakhir adalah
3.     Penelitian asosiatif atau penelitian hubungan maksudnya adalah penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel atau lebih.

Metode penelitian jika dilihat dari analisis dan jenis data maka dapat dikelompokkan menjadi dua (2) jenis penelitian yakni :
1.     Penelitian kualitatif dan
2.     Penelitian kuantitatif.
Sedangkan jika dilihat dari metodenya terdapat delapan jenis yaitu :
1.     Penelitian survey, penelitian yang dilakukan dalam sebuah populasi dengan tujuan menemukan hubungan antar variabel atau distribusi;
2.     Penelitian ex-post facto, penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sebab-sebab yang memicu terjadinya suatu peristiwa;
3.     Penelitian eksperimen, penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengaruh antar variable;
4.     Penelitian naturalistic, penelitian yang digunakan untuk meneliti objek alami;
5.     Policy research, yang bertujuan meneliti masalah sosial;
6.     Action research, penelitian yang bertujuan untuk menemukan metode atau cara yang paling efektif;
7.     Penelitian evaluasi; dan
8.     Penelitian sejarah.
Dilihat dari tujuannya penelitian dikelompokkan menjadi beberapa bagian antara lain:
1.     explorative research yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan ilmu pengetahuan yang baru;
2.     development research yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada;
3.     verificative research adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji kebenaran dari ilmu pengetahuan yang sudah ada;
4.     historical research adalah penelitian yang menggambarkan ilmu-ilmu yang telah ada, prosesnya meliputi penyelidikan, pencatatan, analisis dan interpretasi dari kejadian yang telah ada dengan tujuan menemukan generalisasi;
5.     descriptive research yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hal yang terjadi saat ini;
6.     experimental research yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang terjadi jika variabel tertentu dikontrol secara tertentu.

Kesimpulan
Metodologi penelitian adalah proses atau cara ilmiah untuk mendapatkan data yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan analisis teoretis mengenai suatu cara atau metode.
Kata metodologi (metodologi penelitian), dalam Bahasa Inggris berasal dari dua kata yakni method dan logical.

Sumber



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Rangkuman Sofskill Metodologi Penelitian

Tugas Softskill Rangkuman Jurnal tentang Sand Casing Proses logam dapat diartikan proses dari logam yang dicairkan, dituangkan ke dalam cetakan, kemudian dibiarkan mendingin dan membeku. Oleh karena itu sejarah pengecoran dimulai ketika orang mengetahui bagaimana mencairkan logam dan bagaimana membuat cetakan. Logam pertama yang dicor adalah emas dan perak. Pengaruh Metode Pengecoran Terhadap Sifat-Sifat Mekanis pada baling-baling             Proses pembuatan baling-baling dapat dilakukan dengan pengecoran atau penuangan sand casting. Bahan yang digunakan untuk membuat baling-baling biasanya ada 2 yaitu aluminium atau kuningan, yang masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihan. Untuk mengetahui pengaruh proses pengecoran terhadap sifat-sifat mekanis yang dihasilkannya, terutama kekerasan dan laju perambatan retak, maka penelitian ini dilakukan. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah baling-baling bediameter 20” (51cm) ssebanyak 2 buah yang terbuat dari alumin

Tugas ISD 6 "Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota"

Masyarakat Desa Desa , atau  udik , menurut definisi "universal", adalah sebuah aglomerasi permukiman di area perdesaan ( rural ). Di  Indonesia , istilah  desa  adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah  kecamatan , yang dipimpin oleh  Kepala Desa . Sebuah desa merupakan kumpulan dari beberapa unit pemukiman kecil yang disebut kampung (Banten, Jawa Barat) atau dusun (Yogyakarta) atau banjar (Bali) atau jorong (Sumatera Barat). Kepala Desa dapat disebut dengan nama lain misalnya Kepala Kampung atau Petinggi di  Kalimantan Timur ,  Klèbun  di Madura,  Pambakal  di Kalimantan Selatan, dan  Kuwu  di  Cirebon , Hukum Tua di Sulawesi Utara. Sejak diberlakukannya otonomi daerah Istilah desa dapat disebut dengan nama lain, misalnya di  Sumatera Barat  disebut dengan istilah  nagari , di  Aceh  dengan istilah  gampong , di  Papua  dan  Kutai Barat ,  Kalimantan Timur  disebut dengan istilah  kampung . Begitu pula segala istilah dan institusi di desa dapat dise

IBD Tugas 3 "MANUSIA DAN PENDERITAAN"

MANUSIA DAN PENDERITAAN A)     Pengertia Manusia Dan Penderitan Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Akan tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat membantah bahwa manusia berawal dari sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera, konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan ini tentu sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyes